BASIS (DASAR) TEORI ETIKA
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
1.3
BASIS (DASAR) TEORI ETIKA
1.
Egoisme
Rachels (2004)
memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme
psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat
diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan
tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap
orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak
selalu merugikan kepentingan orang lain.
2.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal
dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat
dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat,
atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the
greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme
etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari
sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat
dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan
masyarakat).
Paham utilitarianisme
dapat diringkas sebagai berikut :
- Tindakan
harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau
hasilnya).
- Dalam
mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah
jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
- Kesejahteraan
setiap orang sama pentingnya.
3. Deontologi
Istilah deontologi
berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut.
Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis
atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena
hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu
tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan
orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
4. Teori
Hak
Dalam pemikiran moral
dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak
dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak
berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan
terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya,
karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini
sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu
populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang
memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah
boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
Menurut perumusan
termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai orang yang
meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu tujuan
pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.
5. Teori
Keutamaan (Virtue Theory)
Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan,
misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan
tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat
seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan
hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun
situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang
mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan
semacam ini. Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup
yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).
6. Teori
Etika Teonom
Sebagaimana dianut oleh
semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang ingin dicapai umat
manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan
surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan
bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Tuhan. Perilaku manusia secara moral dianggap baik
jika sepadan dengan kehendak Tuhan, dan perilaku manusia dianggap tidak baik
bila tidak mengikuti aturan/perintah Tuhan sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat
diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan
teori etika Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi
yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban
mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan
dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak
dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat
mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
Komentar
Posting Komentar